Senin, 02 Januari 2012

Asam, Basa, dan Garam





ASAM, BASA, DAN GARAM
(Kelompok 2)


Penyusun:
1.            Ervina Septiani   (0913022006)
2.            Lia Anggraini     (0913022010)

Program Studi             : Pendidikan Fisika
Kelas                           : B

Mata Kuliah                : Pembelajaran Sains 1
Dosen                          : Dr. Agus Suyatna, M.Si.

















JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011




ASAM, BASA, DAN GARAM

1.            Pemodelan Pembelajaran Materi Asam, Basa, dan Garam

Model pembelajaran yang sesuai untuk materi asam, basa, dan garam adalah Contextual Teaching and Learning (CTL) yakni model pembelajaran sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.

1.      Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, Penyampaian Kompetensi-Tujuan)
Dalam proses pembelajaran materi ini tahap modeling adalah dengan memberikan motivasi dan apersepsi yang bertujuan untuk menggali pengetahuan awal siswa (Prior Knowledge-nya tentang asam, basa, dan garam.
Penyampaian tujuan pembelajaran materi asam, basa, dan garam meliputi kognitif (produk, proses); psikomotorik; dan afektif (keterampilan sosial dan perilaku berkarakter).
2.      Questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi).
Dalam proses pembelajaran materi ini proses questioning terjadi saat siswa diminta mendeskripsikan pengertian secara umum pengertian asam, basa, dan garam, menyebutkan 3 macam zat yang termasuk ke dalam kelompok asam dan basa, serta 3 macam reaksi yang dapat menghasilkan garam. Evaluasi dilakukan saat pertanyaan selesai di jawab oleh siswa dan jika terdapat kekeliruan guru meminta pendapat siswa lain untuk membenarkan setelah itu guru mengarahkan dan membimbing untuk mencapai hasil yang tepat.
Dalam proses pembelajaran ini tahap mengembangkan terjadi saat guru memberikan materi tentang asam, basa, dan garam. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya sebelum melakukan percobaan peniup balon. Guru memfasilitasi siswa bertanya saat melakukan percobaan.
3.      Inkuiri (identifikasi, investigasi, hipotesis, menemukan).
Dalam proses pembelajaran inkuiri terjadi saat siswa melakukan percobaan asam, basa, dan garam yakni membuat alat peniup balon yang bertujuan untuk membuktikan bahwa reaksi asam-basa menghasilkan garam dan air.
4.      Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang mengetahui ke yang belum mengetahui. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
Dalam proses pembelajaran materi ini tahap masyarakat belajar terjadi saat siswa melakukan diskusi dan tanya jawab kepada kelompok lain yang sedang menginterpretasikan alat peniup balon, disini terjadi lingkungan yang aktif sehingga akan ada timbal balik antara pemateri, penanya, dan penyanggah. Hasil dari proses ini adalah jawaban yang logis.
5.      Konstruktivisme (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.
dalam proses pembelajaran tahap konstruktivisme terjadi saat siswa mencari jawaban atas pertanyaan pada lembar percobaan siswa yang terdiri dari sebab dan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Diharapkan siswa mendapatkan jawaban ilmiah dan logis dari hasil percobaan yang dilakukan.
6.      Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
Dalam proses pembelajaran tahap refleksi terjadi saat akhir pembelajaran siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan hasil percobaan yang di lakukan sehingga diperoleh kesimpulan yang tepat. Siswa diberi waktu sejenak untuk bertanya tentang pembelajaran yang telah di lakukannya tadi.
7.      Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment). Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
Dalam pembelajaran tahap penilaian terjadi saat guru melihat hasil pekerjaan siswa pada lembar percobaan yang dilakukan secara kelompok, namun tetap melihat hasil dari masing-masing individu sehingga dapat di evaluasi sejauh mana siswa telah menyerap ilmu pada pembelajaran tadi.

2.            Materi Asam, Basa, dan Garam

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan rasa pahit, getir, asam, atau asin pada makanan atau minuman yang sering kita cicipi?
Dari manakah rasa itu muncul? Pada dasarnya rasa makanan, minuman, atau zat tertentu yang terasa asam, pahit, getir, dan asin disebabkan karena sifat zat tersebut, yaitu sifat yang berkaitan dengan asam, basa, dan garam. Untuk memperoleh pengetahuan tentang asam, basa, dan garam suatu zat diuraikan sebagai berikut.
A.          Asam
1.            Pengertian Asam
Zat atau senyawa asam telah dikenal orang sejak zaman dahulu. Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang.ini, masyarakat di Mesopotamia telah menggunakan “air kuat” untuk memisahkan biji emas dari campurannya dengan perak. Sekarang ini, zat yang dikenal dengan air kuat tersebut disebut dengan asam nitrat.
Meskipun senyawa asam telah dikenal sejak zaman dahulu, tetapi penjelasan ilmiah tentang senyawa asam baru dimulai sekitar akhir abad ke-18, yaitu sejak Antoine Laurent Lavoisier mengemukakan pendapat bahwa semua zat asam mengandung oksigen. Pada kenyataannya, pendapat Lavoisier tersebut terbukti tidak benar, karena terdapat beberapa senyawa asam yang tidak mengandung oksigen.
Pada tahun 1810, ahli kimia Inggris yang bernama Sir Humphry Davy mengemukakan pendapat, bahwa semua senyawa asam mengandung unsur hidrogen, dan bukan oksigen seperti yang dikemukakan oleh Lavoisier. Setelah itu tahun 1884, ahli kimia Swedia yang bernama Svate August Arrhenius mengemukakan teori ion, dan kemudian merumuskan pengertian asam.
Menurut Arrhenius, suatu atom unsur penyusun senyawa kimia yang berinteraksi dengan atom unsur lainnya dapat kehilangan sejumlah elektron atau memperoleh sejumlah elektron. Atom unsur yang kehilangan elektron akan bermuatan positif. Sedangkan atom unsur yang mendapatkan tambahan elektron akan bermuatan negatif. Unsur yang bermuatan listrik positif atau negatif tersebut dinamakan ion. Contoh ion antara lain adalah ion hidrogen (H+), ion natrium (Na+), ion klorida (Cl-), ion hidroksida (OH-), dan lain-lain. Dengan demikian, pengertian asam menurut Arrhenius adalah sebagai berikut.
Asam adalah zat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidrogen (H+).
Berdasarkan pengertian asam menurut Arrhenius tersebut, maka ketika suatu senyawa asam dilarutkan ke dalam air akan terbentuk ion hidrogen (H+) dan ion negatif menurut reaksi sebagai berikut.
Asam à H+ + ion negatif
Contoh:
Asam klorida (HCL) à H+ + Cl-
Asam sulfat (H2SO4) à 2H+ + SO42-
Asam fosfat (H3PO4) à 3H+ + PO4 3-

2.      Sifat Senyawa Asam
Senyawa asam dapat berupa zat padat, cair, maupun gas. Beberapa senyawa asam ini ada yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita, dan ada pula yang sangat beracun serta membahayakan.
Secara umum, senyawa-senyawa asam atau bahan yang mengandung asam mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
a.       Bersifat korosif, artinya dapat merusak benda-benda lain, termasuk logam dan marmer.
b.      Dapat bereaksi dengan logam dan menghasilkan gas hidrogen (H2).
c.       Mempunyai rasa yang asam.
d.      Dapat mengubah warna zat lain, seperti lakmus, sari bunga sepatu, sari kol merah, dan lain-lain.

3.      Senyawa Asam dalam Kehidupan Sehari-hari
Senyawa asam banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, dalam susu terdapat senyawa asam laktat, dalam buah jeruk terkandung asam sitrat, dalam buah anggur terdapat senyawa asam tartrat. Dalam tubuh manusia terdapat senyawa-senyawa asam yang berfungsi sebagai zat pembangun, yaitu protein yang terbentuk dari asam amino. Selain itu juga terdapat lemak yang terbentuk dari asam lemak. Salah satu senyawa asam yang berperan dalam sistem pencernaan makanan adalah asam klorida yang terdapat di dalam lambung dan berfungsi alam menghancurkan zat-zat makanan, serta asam karbonat dan asam fosfat yang terdapat didalam darah dan berperan dalam pengangkutan zat-zat makanan. Senyawa asam yang sering digunakan dalam makanan adalah cuka (asam asetat). Selain cuka, masih banyak lagi zat asam yang ada di sekitar kita.
Meskipun menurut Arrhenius, senyawa asam selalu mengandung hidrogen, tetapi tidak semua senyawa yang mengandung hidrogen tergolong senyawa asam. Sebagai contoh, gula pasir (C12H22O11), etanol (C2H5OH), dan beberapa zat lain yang mengandung unsur hidrogen, tetapi tidak tergolong senyawa asam. Hal ini karena senyawa-senyawa tersebut tidak dapat membentuk H+ di dalam air.
Di sisi lain, dalam atmosfer bumi terdapat banyak zat pembentuk asam. Letusan gunung berapi membuang gas  SO2 dan SO3 ke udara. Karbon dioksida hasil pernafasan manusia dan hewan pun dilepaskan ke udara. Gas karbon monoksida (CO) hasil pembakaran dan pengolahan industri juga disuplai ke udara. Zat-zat seperti SO2, SO3, CO2, CO, dan masih banyak zat lain dapat bereaksi menjadi zat asam saat bereaksi dengan air hujan. Inilah yang menyebabkan hujan asam. Hujan asam tersebut mencemari lingkungan dan bersifat korosif terhadap logam. Zat-zat yang dapat bereaksi dengan zat lain membentuk zat asam disebut oksida asam. Selain zat tersebut, masih banyak lagi oksida asam lainnya, seperti N2O3, N2O5, P2O3, dan P2O5.


Tabel nama asam yang telah dikenal
B.           Basa
1.      Pengertian Basa
Jika zat asam menghasilkan ion hidrogen (H+) yang bermuatan positif lain halnya dengan basa. Dalam hal ini, basa mempunyai arti sebagai berikut:
Basa adalah zat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidroksida (OH-).
Berdasarkan pengertian basa di atas, maka ketika suatu senyawa basa dilarutkan ke dalam air, maka akan terbentuk ion hidroksida (OH-) dan ion positif menurut reaksi sebagai berikut.
Basaà ion positif + OH-
Contoh:
Natrium hidroksida (NaOH) à Na+ + OH-
Amonium hidroksida (NH4OH) à NH4+ + OH-
Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) à Ca2+ + 2(OH)-
Ion hidroksida (OH-) terbentuk karena senyawa hidroksida (OH) mengikat satu elektron saat dimasukkan ke dalam air.

2.      Sifat Senyawa Basa
Secara umum, sifat senyawa basa atau bahan-bahan yang mengandung basa mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
a.       Bersifat kaustik, artinya dapat merusak kulit kita.
b.      Terasa licin di tangan. Hal ini karena dapat bereaksi dengan lemak pada kulit kita dan membentuk lapisan sabun.
c.       Mempunyai rasa pahit atau getir.
d.      Dapat mengubah warna zat lain, seperti lakmus, sari bunga sepatu, sari kol merah, dan lain-lain. Akan tetapi, perubahan warna yang diakibatkan oleh senyawa basa berbeda dengan perubahan warna yang diakibatkan oleh senyawa asam.
3.      Senyawa Basa dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan senyawa-senyawa basa dalam berbagai bahan. Sebagai contoh, air kapur mengandung kalsium hidroksida dan pada cairan pembersih kaca atau lantai umumnya mengandung larutan amonium hidroksida. Selain itu, para penderita penyakit maag dapat meminum obat yang mengandung senyawa basa aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida. Beberapa produk seperti sabun, pasta gigi, dan produk-produk kosmetik juga banyak mengandung senyawa basa.
Senyawa basa juga digunakan dalam bidang pertanian, yaitu sebagai bahan baku untuk membuat pupuk. Jika tanah terlalu asam, maka para petani menaburkan pupuk yang mengandung senyawa kalsium hidroksida (Ca(OH)2).
Seperti halnya asam, basa juga mempunyai oksida basa (zat yang apabila bereaksi dengan air membentuk basa), antara lain : Na2O, K2O, CaO, BaO, Al2O3, dan lain-lain.
Tabel nama basa yang telah dikenal

C.          Indikator Asam-Basa
1.      Indikator Buatan
Sebernarnya, untuk mengetahui asam atau basanya suatu zat dapat dicicipi dengan menggunakan lidah. Akan tetapi, perlu kita ingat juga bahwa tidak semua zat aman bagi tubuh kita karena ada bahan yang bersifat racun. Untuk keperluan eksperimen para ilmuan menciptakan lakmus. Lakmus adalah sejenis zat yang diperoleh dari jenis lumut kerak (Rocella tinctoria). Lakmus sekarang yang terdapat dilaboratorium kimia tersedia dalam bentuk kertas.
Sebagai indikator asam-basa, lakumus memiliki beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut:
a.       Lakmus dapat berubah warnanya dengan cepat saat bereaksi dengan asam maupun basa. Warna yang terjadi pada lakmus dapat terlihat jelas. Lakmus akan berwarna merah dalam larutan asam dan akan berwarna biru dalam larutan basa.
b.      Lakmus sukar bereaksi dengan oksigen dalam udara bebas, sehingga dapat bertahan lama (awet).
c.       Lakmus dapat diserap oleh kertas, sehingga digunakan dalam bentuk kertas lakmus (agar zat lebih mudah meresap).
Selain lakmus, dalam laboratorium kimia juga masih banyak lagi indikator asam-basa buatan antara lain fenolftalen, metil merah, dan brom timol biru.
Fenolftalen dalam larutan asam tetap (tidak berubah warnanya), sedangkan dalam larutan basa berubah menjadi warna merah. Metil mera dalam larutan asam berwarna merah sedangkan dalam larutan basa berwarna kuning.
Tabel Indikator asam-basa
Nama Indikator
Dalam Basa
Dalam Asam
Lakmus
Biru
Merah
Metil merah
Kuning
Merah
Fenolftalen
merah
Tak berwarna
Brom timol biru
biru
kuning

2.      Indikator Alami
Di samping menggunakan indikator buatan, seperti lakmus, fenolftalen, metil merah, dan brom timol biru, kita juga dapat mengenali senyawa asam-basa dengan menggunakan indikator alami, seperti bunga sepatu, kunyit, kol merah, dan beberapa jenis tumbuhan lainnya.


D.           Garam
Jika mendengar kata ”garam”, pastilah yang terbayang pada benakmu adalah garam dapur. Garam dapur memang merupakan salah satu contoh garam.
Dalam kehidupan sehari-hari pernahkah kamu melihat orang yang sakit perut (maag dan sejenisnya)? Tahukah kamu mengapa orang yang sakit maag minum obat sakit maag atau antacid? Apakah antacid itu? Orang mengalami sakit perut disebabkan asam lambung yang meningkat. Untuk menetralkan asam lambung (HCl) digunakan antacid. Antacid mengandung basa yang dapat menetralkan kelebihan asam lambung (HCl). Umumnya zat-zat dengan sifat yang berlawanan, seperti asam dan basa cenderung bereaksi membentuk zat baru. Bila larutan asam direaksikan dengan larutan basa, maka ion H+ dari asam akan bereaksi dengan ion OH- dari basa membentuk molekul air.
H+ (aq) + OH- (aq) → H2O (ℓ)
Asam       Basa           Air    

Karena air bersifat netral, maka reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan. Apakah terjadi reaksi antara ion negatif dari asam dan ion positif logam dari basa? Ion-ion ini akan bergabung membentuk senyawa ion yang disebut garam. Bila garam yang terbentuk ini mudah larut dalam air, maka ion-ionnya akan tetap ada di dalam larutan. Tetapi jika garam itu sukar larut dalam air, maka ion-ionnya akan bergabung membentuk suatu endapan. Jadi, reaksi asam dengan basa disebut juga reaksi penggaraman karena membentuk senyawa garam. Mari kita simak contoh reaksi pembentukan garam berikut.
Asam + Basa → Garam + Air
Asam klorida + Natrium hidroksida → Natrium klorida + air
HCl (aq) + Na OH (aq) → Na Cl (aq) + H2O (ℓ)
                           Asam          Basa            Garam           Air
Walaupun reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan, tetapi hasil reaksi (garam) tidak selalu bersifat netral. Sifat asam basa dari larutan garam bergantung pada kekuatan asam dan basa penyusunnya.
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral, disebut garam normal, contohnya NaCl dan KNO3. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam dan disebut garam asam, contohnya adalah NH4 Cl. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa dan disebut garam basa, contohnya adalah CH3COONa. Contoh asam kuat adalah HCl, HNO3, H2SO4. Adapun KOH, NaOH, Ca(OH)2 termasuk basa kuat.
Simaklah beberapa garam yang telah dikenal dalam kehidupan sehari-hari pada tabel berikut. Apa sajakah garam yang ada dalam kehidupan kita?
Tabel nama garam yang telah dikenal

E.            Derajat Keasaman dan Kebasaan (pH dan pOH)
Mungkin kamu pernah mendengar istilah pH suatu larutan. Apakah pH itu? Pada dasarnya derajat/tingkat keasaman suatu larutan (pH = potenz Hydrogen)) bergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+ semakin asam larutan tersebut. Umumnya konsentrasi ion H+ pada larutan sangat kecil, maka untuk menyederhanakan penulisan digunakan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+ dan secara matematika dinyatakan dengan persamaan
pH = - log (H+)
Analog dengan pH, konsentrasi ion OH juga dapat dinyatakan dengan cara yang sama, yaitu pOH (Potenz Hydroxide) dinyatakan dengan persamaan berikut.
pOH = - log (OH-)
Derajat keasaman suatu zat (pH) ditunjukkan dengan skala 0-14.
a.                        Larutan dengan pH < 7 bersifat asam.
b.                       Larutan dengan pH = 7 bersifat netral.
c.                        Larutan dengan pH > 7 bersifat basa.

Jumlah harga pH dan pOH = 14. Misalnya, suatu larutan memiliki pOH = 5, maka harga pH = 14 – 5 = 9. Harga pH untuk beberapa jenis zat yang dapat kita temukan di lingkungan sehari-hari.


0 komentar:

Posting Komentar